Kondisi Cyclop beberapa tahun lalu akibat perambahan hutan yang dilakukan warga |
Jayapura | Merupakan kawasan Cagar Alam (CA), Cyclop diresmikan pada tahun 1978 melalui SK No.56/Kpts/Um/I/1978 dan dikukuhkan pada tahun 1987 lewat SK No.365/Kpts-II/1987) yang mencakup wilayah seluas 22.500 hektar. Di tahun 2012, CA bertambah luasannya menjadi 31.479,89 lewat SK Menhut nomor 782/MenHut-II/2012.
Tidak hanya menjadi kawasan cagar alam, Cyclop juga merupakan aset berharga bagi kehidupan masyarakat di Jayapura, Papua. Bagaimana tidak menjadi aset berharga ketika cyclop sebagai penghasil utama air bersih untuk semua penduduk Jayapura.
Air bersih yang dihasilkan oleh Cyclop mengalami penurunan selama beberapa tahun ini dan itu disebabkan oleh perambahan hutan di dekat daerah tangkapan air untuk pembukaan ladang, penebangan pohon untuk pembuatan arang kayu, dan adanya masyarakat yang bermukim di sekitar area tangkapan air.
Debit air yang dihasilkan Cyclop mengalami penurunan drastis hingga 50% dari kapasitas 895 liter per detik pada saat musim kemarau dari Mei hingga Agustus.
Bahkan, salah satu intake air bersih di daerah Entrop, Distrik Jayapura Selatan, mengalami kekeringan.
Kondisi terjadi penurunan debit air dimulai sejak tahun 2000. Ungkap PDAM Jayapura seperti yang dikutip dari media Harian Kompas Edisi 24 Juni 2022.
Terdapat 19 intake air bersih milik PDAM Jayapura saat ini dengan kapasitas produksi air mencapai 895 liter per detik. Kapasitas 895 liter per detik ini meliput 795 liter per detik di kota Jayapura yang terdiri dari 18 intake dan 100 liter per detik berada di Pos Tujuh, Kabupaten Jayapura.
Semua intake ini pada tiap tahun mengalami penurunan jumlah debit air karena rusaknya penangkapan air Cyclop akibat kurangnya kesadaran masyarakat.
Berdasarkan cermatan WWF-Papua, kawasan kritis yang terdapat di Cagar Alam Cyclop diperkirakan mencapai sekitar seribu hektar, yang banyak terjadi di kawasan penyangga (buffer zone).
Pada tahun ini tidak diketahui persis ketersediaan air bersih bagi warga kota Kota Jayapura sudah sebatas apa. Namun, masih sering terjadi warga Kota Jayapura mengeluh tidak mengalirnya air bersih melalui saluran PDAM, bahkan itu terjadi selama beberapa hari bahkan lebih dari seminggu.
Warga sekitar, terlebih warga asli Sentani, berharap agar ada kesadaran masyarakat baik penduduk asli Sentani maupun yang dari luar Jayapura untuk sama-sama menjadi pelopor untuk melindungi hutan Cyclop yang merupakan tempat penampung air bersih bagi seluruh warga Kota Jayapura. | Timo
0 Komentar